Kontrol hak cipta Sora opt-in
Kontrol hak cipta Sora opt-in

Kontrol Hak Cipta Sora Opt-in: Sam Altman Menanggapi Krisis IP

Peluncuran Sora, model kecerdasan buatan (Artificial Intelligence / AI) dari OpenAI yang mampu menghasilkan video realistis dari teks, telah memicu kegembiraan sekaligus kontroversi besar. Meskipun aplikasinya segera menduduki puncak tangga aplikasi di App Store, popularitasnya juga diwarnai oleh banjirnya konten yang menampilkan karakter berhak cipta—dari Pikachu hingga Spongebob—tanpa izin. Untuk meredam gelombang kritik dan potensi masalah hukum dari studio-studio Hollywood, CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini mengumumkan pembalikan kebijakan signifikan. Dalam sebuah update resmi, Altman menyatakan bahwa Sora akan segera menambahkan kontrol hak cipta Sora opt-in yang bersifat ‘granular’.

Keputusan ini menandai perubahan mendasar dari pendekatan awal yang dilaporkan, di mana pemegang hak cipta diharuskan untuk ‘opt-out’ secara proaktif jika mereka tidak ingin karakter atau properti intelektual (IP) mereka digunakan. Dengan model ‘opt-in’ yang baru, perusahaan dan kreator harus secara eksplisit memberikan izin sebelum IP mereka dapat digunakan dalam video buatan Sora. Perubahan ini menunjukkan kesadaran OpenAI akan perlunya menyeimbangkan antara inovasi teknologi dan penghormatan terhadap hak kekayaan intelektual (HKI).

 

Kontroversi IP dan Pembalikan Kebijakan

 

Awalnya, laporan mengenai kebijakan ‘opt-out’ untuk Sora telah memicu kekhawatiran besar di kalangan pembuat konten dan studio besar. Para ahli hukum dan perwakilan industri hiburan berpendapat bahwa AI generatif, terutama yang mampu menghasilkan karya sefotorealistik seperti Sora, menimbulkan ancaman serius terhadap perlindungan karakter dan trademark yang sudah ada.

Masalahnya menjadi semakin nyata ketika pengguna Sora langsung memanfaatkan aplikasi tersebut untuk membuat konten yang tidak sah. Penggunaan karakter terkenal dalam fiksi penggemar interaktif, bahkan parodi, tanpa persetujuan, dapat mencairkan nilai merek dan IP. Kekuatan deepfake yang memungkinkan pengguna untuk memasukkan kemiripan mereka (cameo) ke dalam video yang menampilkan karakter berhak cipta memperparah kerumitan hukum.

Sebagai tanggapan, Sam Altman mengumumkan bahwa perusahaannya akan beralih ke sistem kontrol hak cipta Sora opt-in. Altman mengakui bahwa perusahaannya “belajar dengan cepat dari cara orang menggunakan Sora” dan bahwa perubahan ini adalah langkah yang diperlukan untuk membangun platform yang berkelanjutan. Ia menyebut bahwa banyak pemegang hak cipta sebenarnya “sangat antusias” dengan bentuk baru ‘fiksi penggemar interaktif’ ini, namun mereka membutuhkan kemampuan untuk “menentukan secara spesifik bagaimana karakter mereka dapat digunakan—termasuk tidak sama sekali.”

 

Fitur ‘Granular’ dalam Kontrol Hak Cipta Sora

 

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan kontrol hak cipta Sora opt-in yang ‘granular’?

Istilah ‘granular’ menunjukkan bahwa kendali yang ditawarkan tidak hanya berupa sakelar sederhana ya/tidak untuk keseluruhan IP suatu perusahaan. Sebaliknya, hal ini mengisyaratkan tingkat izin yang sangat terperinci, memungkinkan pemegang hak untuk:

  1. Izin Per-Karakter: Studio dapat memberikan izin untuk beberapa karakter mereka, sementara secara tegas melarang karakter lain.
  2. Batasan Penggunaan (Usage Scopes): Mereka bisa menetapkan aturan spesifik, misalnya, mengizinkan penggunaan untuk parodi non-komersial, tetapi melarang penggunaan untuk endorsement produk atau dalam konteks politik dan dewasa.
  3. Monetisasi dan Pemblokiran: Pemegang hak dapat memilih untuk memblokir total penggunaan IP mereka, atau sebaliknya, mengizinkan penggunaan tertentu dengan skema bagi hasil (revenue-sharing) di masa depan.

Sistem baru ini diharapkan dapat meniru model lisensi konten yang sudah ada, di mana izin dan persyaratan ditetapkan di awal. Hal ini mengurangi risiko hukum bagi OpenAI dan memberikan pemegang hak kendali penuh atas bagaimana karakter mereka berinteraksi dalam dunia AI generatif. Pendekatan ini juga konsisten dengan sistem ‘opt-in’ yang sudah diterapkan Sora untuk penggunaan rupa pengguna (likeness) melalui fitur ‘cameo’.

 

Perubahan Paradigma dan Masa Depan Industri

 

Keputusan untuk mengadopsi kontrol hak cipta Sora opt-in yang granular bukan hanya sekadar tindakan defensif untuk menghindari tuntutan hukum. Ini juga merupakan sinyal bagi industri AI yang lebih luas tentang pentingnya kolaborasi dan penghormatan HKI.

Pergeseran kebijakan ini menunjukkan kesediaan OpenAI untuk mencari model bisnis yang berkelanjutan, di mana kreativitas pengguna dan perlindungan aset intelektual dapat hidup berdampingan. Altman juga mengisyaratkan eksplorasi model monetisasi baru, termasuk berbagi pendapatan dengan pemegang hak cipta yang karakter mereka menjadi populer dalam video buatan pengguna. Model ini bertujuan untuk menjadikan platform Sora sebagai nilai tambah, baik melalui keterlibatan baru (fiksi penggemar interaktif) maupun kompensasi finansial.

Meskipun Sam Altman mengakui bahwa akan ada “beberapa kasus luar biasa dari generasi yang lolos yang seharusnya tidak boleh lolos,” perubahan dari ‘opt-out’ menjadi ‘opt-in’ adalah pembalikan yang bijaksana. Hal ini menjanjikan kerangka kerja yang lebih etis dan transparan untuk konten AI generatif, serta membuka pintu bagi lisensi IP yang terstruktur dalam ekosistem kreatif digital. Jika berhasil, pendekatan Sora ini dapat menjadi cetak biru bagi bagaimana platform AI lainnya akan mengelola masalah HKI yang semakin rumit di masa depan.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh Empire88

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *