AI Lokal Korsel Lawan Global
AI Lokal Korsel Lawan Global

AI Lokal Korsel Lawan Global: Strategi Kalahkan OpenAI dan Google

Perlombaan Kecerdasan Buatan (AI) Generatif telah menjadi arena pertarungan global. Dengan dominasi model-model besar dari Amerika Serikat, seperti ChatGPT (OpenAI) dan Gemini (Google), banyak negara kini berjuang untuk membangun kedaulatan digital mereka. Di Asia, Korea Selatan mengambil langkah paling ambisius dan terstruktur. Negara yang dikenal dengan kecepatan internet dan inovasi semikonduktornya ini meluncurkan inisiatif nasional besar-besaran dengan satu tujuan jelas: menjadikan AI Lokal Korsel Lawan Global dan muncul sebagai salah satu dari tiga kekuatan AI teratas dunia pada tahun 2027, di belakang AS dan Tiongkok.

Strategi ini bukan hanya tentang membangun model bahasa besar (LLM) tandingan. Ini adalah upaya nasional yang melibatkan investasi besar pemerintah, kolaborasi industri-swasta, dan pengembangan ekosistem teknologi dari chip hingga perangkat lunak. Korea Selatan menyadari bahwa model AI yang ada, yang sebagian besar dilatih dengan data berbahasa Inggris, sering kali gagal dalam memahami nuansa bahasa, budaya, dan konteks sejarah Korea. Masalah ini, misalnya, terlihat ketika chatbot global memberikan respons yang ambigu pada isu-isu sensitif lokal. Oleh karena itu, kebutuhan untuk memiliki AI Lokal Korsel Lawan Global yang ‘berbudaya’ telah menjadi imperatif nasional.

 

Pilar Utama Strategi AI Lokal Korsel Lawan Global

 

Pemerintah Korea Selatan telah mengumumkan alokasi dana publik-swasta yang masif, mencapai sekitar 150.000 miliar won (sekitar $120 miliar) untuk mendukung investasi di bidang AI dan teknologi canggih lainnya selama lima tahun ke depan. Dana ini menargetkan seluruh tumpukan teknologi AI (AI stack), dari chip semikonduktor hingga model aplikasi.

Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi Korea Selatan (MSIT) telah memilih lima konsorsium elit—dipimpin oleh raksasa teknologi lokal seperti Naver Cloud, LG AI Research, SK Telecom, NC AI, dan startup unggulan seperti Upstage—untuk membangun model fondasi AI nasional. Kelima tim ini akan bersaing untuk mengembangkan model AI terbaik yang akan dicap sebagai “K-AI Models.”

Salah satu pilar penting dari upaya ini adalah optimalisasi data. Naver, misalnya, telah melatih modelnya, HyperCLOVA X, dengan data Korea 6.500 kali lebih banyak daripada yang digunakan pada versi ChatGPT terbaru. Hal ini memungkinkan model mereka untuk lebih efisien dalam pengkodean data Korea melalui tokenizer yang dioptimalkan, memastikan AI tersebut memahami konteks budaya lokal secara mendalam. Selain itu, pemerintah juga berencana menyediakan data publik berkualitas tinggi, termasuk data video siaran senilai 200 miliar won, untuk mendukung pelatihan AI.

 

Kekuatan Inovasi Domestik: Model Efisien Upstage

 

Meskipun model AI global cenderung mengejar jumlah parameter yang sangat besar, perusahaan-perusahaan AI lokal Korea Selatan menunjukkan bahwa efisiensi dan inovasi dapat menjadi keunggulan kompetitif. Upstage, salah satu startup AI yang dipilih pemerintah, membuat gebrakan di kancah internasional dengan model mereka, Solar Pro 2.

Yang menarik, Solar Pro 2 memiliki jumlah parameter yang jauh lebih sedikit, sekitar 30 miliar, dibandingkan dengan model frontier global yang biasanya berkisar antara 100 hingga 200 miliar. Meskipun demikian, model ini diakui oleh penyedia pembanding independen Artificial Analysis sebagai frontier model, yang bahkan mengungguli model terkemuka lainnya dalam pengujian tertentu. Keunggulan Upstage terletak pada teknik pelatihan yang disebut Depth-Up Scaling, yang mengoptimalkan efisiensi model dengan menambahkan dan menghapus lapisan informasi. Teknik ini memungkinkan Upstage mengembangkan AI kelas atas dengan hanya sekitar 10% chip AI yang digunakan oleh pesaing yang lebih besar. Efisiensi ini menjadi kunci utama daya saing AI Lokal Korsel Lawan Global dengan sumber daya yang lebih terbatas.

 

Tantangan Menghadapi Dominasi AI Global

 

Meskipun komitmen pemerintah dan inovasi lokal sangat kuat, jalan bagi AI Lokal Korsel Lawan Global bukanlah tanpa hambatan. Tantangan terbesar terletak pada infrastruktur dan talenta.

Pertama, “Perang GPU” adalah isu utama. Model AI yang besar membutuhkan unit pemrosesan grafis (GPU) yang canggih, terutama dari Nvidia. Meskipun Korea Selatan adalah produsen chip memori utama (SK Hynix dan Samsung), mereka masih sangat bergantung pada GPU asing untuk pelatihan model AI. Pemerintah menyadari hal ini dan menginvestasikan 450 miliar won untuk dukungan GPU. Namun, raksasa global memiliki akses yang jauh lebih besar dan terjamin terhadap chip tersebut.

Kedua, meskipun Korea Selatan memiliki talenta unggul, mereka masih menghadapi kesenjangan dalam pengembangan model skala besar. Selain itu, investasi modal ventura Korea cenderung terpusat di dalam negeri. Hal ini, meskipun memperkuat perusahaan domestik, juga membatasi paparan ekosistem lokal terhadap inovasi dan peluang global yang lebih luas. Para pakar memperingatkan bahwa tanpa diversifikasi investasi ke luar negeri, ekosistem Korea Selatan berisiko kehilangan peluang global yang lebih besar.

Secara keseluruhan, strategi AI Korea Selatan adalah pelajaran tentang ambisi kedaulatan digital. Dengan menggabungkan dukungan finansial pemerintah, kolaborasi erat antara chaebol (konglomerat) dan startup, serta fokus pada nuansa budaya, Korea Selatan bertekad untuk tidak hanya bertahan tetapi juga memimpin di tengah gelombang AI generatif yang didominasi oleh AS. Upaya ini akan menjadi studi kasus penting tentang bagaimana kekuatan regional dapat membangun fondasi AI yang kokoh dan khas di kancah global.

Baca juga:

Informasi ini dipersembahkan oleh indocair

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *